Mahasiswi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Sabtu, 30 November 2019

POLIOMYELITIS

Nama              : Ainan Dwi Lestari
NIM                 : PO.71.3.203.17.1.003
Mata Kuliah     : Virologi (T)
Dosen              : Sitti Hadija, S.Si.,M.Kes.

EVALUASI POLIOMYELITIS

Buatlah ringkasan etiologi, epidemiologi, gejala dan tanda, pengobatan dan pencegahan!
Jawaban :
1.         Etiologi
Virus polio termasuk famili Picornavirus dan genus Enterovirus merupakan virus kecil dengan diameter 20-32 nm, berbentuk sferis dengan ukuran utamanya RNA yang terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak rusak beberapa hari dalam temperatur 2-8°C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacam-macam detergen tetapi mati pada suhu 50-55°C selama 30 menit, bahan oksidator, formalin, kiorin dan sinar ultraviolet.
Secara serologi maka virus polio dibagi 3 tipe yaitu tipe I Brunhilde, tipe II Lansing dan tipe III Leon.
Tipe I yang sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe ll kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik dan tipe III menyebabkan epidemi ringan. Di Negara tropis dan subtropis kebanyakan disebabkan olch iipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Referensi : Epidemiologi Penyakit Polio, FKM UNHAS.
2.         Epidemiologi
Epidemiologi polio dibentuk oleh cakupan imunisasi polio yang luas menyebabkan hampir 80% penduduk dunia tinggal di negara bebas polio.
a.         Global
Infeksi virus polio secara tipikal memiliki pola musiman di daerah beriklim sub-tropis, yang mencapai puncaknya dalam bulan-bulan musim panas. Pola musim tersebut tidak terdapat pada daerah tropis. Eliminasi polio sudah terjadi di dunia barat sejak tahun 1991 dengan sekitar 80% penduduk dunia tinggal di negara-negara yang sudah bebas polio.
Pada tahun 2012, sebanyak 223 polio confirmed cases dilaporkan secara global, dan hanya tersisa tiga negara yang masih dinyatakan sebagai negara endemik, yaitu Afganistan, Nigeria, dan Pakistan. Pada tanggal 25 September 2014, WHO mengumumkan bahwa Nigeria tidak lagi sebagai negara endemik polio, namun dua tahun kemudian pemerintah Nigeria melaporkan terjadinya 2 kasus anak dengan polio paralitik.
b.         Indonesia
Indonesia mengalami kejadian luar biasa polio, yang dimulai pada bulan Maret 2005, dengan ditemukannya kasus polio paralitik di Sukabumi dan Banten, provinsi Jawa Barat pada waktu tersebut. Namun kejadian luar biasa ini berhasil diatasi dengan baik.
Pada tanggal 27 Maret 2014, WHO menyatakan bahwa sudah terjadi eradikasi polio di regional Asia Tenggara. Indonesia termasuk dalam negara yang telah mendapat sertifikasi bebas polio.
Referensi : Epidemiologi Poliomielitis, Alomedika.
3.         Gejala dan tanda
a.         Polio non-paralitik
Jenis polio ini tidak menyebabkan kelumpuhan (abortive polio), tetapi sering menyebabkan gejala ringan, seperti flu yang serupa dengan penyakit virus lainnya. Tanda dan gejala dari jenis polio ini dapat bertahan hingga 10 hari, termasuk :
1)        Demam
2)        Sakit tenggorokan
3)        Sakit kepala
4)        Kelelahan
5)        Muntah
6)        Nyeri leher atau kekakuan
7)        Nyeri punggung atau kekakuan
8)        Nyeri atau kaku di lengan atau kaki
9)        Otot lemah
b.         Polio paralitik
Tanda dan gejala awal jenis polio ini menyebabkan kelumpuhan, seperti demam dan sakit kepala, biasanya tampak seperti penderita polio nonparalitik. Tetapi, tanda dan gejala lain muncul dalam seminggu, di antaranya :
1)        Hilangnya refleks pada tubuh
2)        Nyeri atau kelemahan otot yang parah
3)        Anggota badan lemah, terkadang sebagian tubuh
4)        Tiba-tiba lumpuh
5)        Cacat anggota badan, terutama pinggul, pergelangan kaki, dan kaki
c.         Sindrom pasca-polio
Adalah sekumpulan tanda dan gejala yang melumpuhkan orang yang telah mengalami polio bertahun-tahun. Tanda dan gejala utama polio jenis ini termasuk :
1)        Kelelahan
2)        Merasa lemah dan nyeri otot atau persendian
3)        Pengecilan otot (atrofi)
4)        Sulit menelan
5)        Gangguan pernapasan saat tidur, seperti sleep apnea
6)        Menurunnya toleransi suhu dingin
Referensi : Polio (Poliomyelitis), Dokter Sehat.
4.         Pengobatan dan pencegahan
a.         Pengobatan
Tidak ada obat untuk polio setelah seseorang sudah terinfeksi. Oleh karenanya, perawatan difokuskan pada peningkatan kenyamanan penderita, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Penanganan meliputi :
1)        Bed rest
2)        Obat penghilang rasa sakit, seperti ibuprofen
3)        Obat antispasmodik untuk mengendurkan otot
4)        Antibiotik untuk infeksi, seperti infeksi saluran kemih
5)        Ventilator portabel untuk mereka yang mengalami kesulitan bernapas
6)        Terapi fisik atau penggunaan corrective braces untuk membantu berjalan
7)        Bantal pemanas atau handuk hangat untuk meredakan nyeri otot dan kejang
8)        Terapi fisik untuk mengobati rasa sakit pada otot
9)        Terapi fisik untuk mengatasi masalah pernapasan dan paru-paru
10)      Rehabilitasi paru untuk meningkatkan daya tahan paru-paru
b.         Pencegahan
Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah polio. Pencegahan polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
Maka dari itu, langkah bagaimana cara mencegah penyakit polio adalah melalui imunisasi yang masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap polio seumur hidup, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 – 6 tahun.
Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit polio yaitu vaksin dengan virus polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).
IPV terdiri dari serangkaian suntikan dimulai dari 2 bulan setelah lahir dan berlanjut sampai anak berusia 4-6 tahun. Vaksin ini dibuat dari virus polio tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak dapat menyebabkan polio.
OPV dibuat dari bentuk lemah atau dilemahkan dari virus polio, dan menjadi vaksin pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih murah, kemudahan pemberian, dan kemampuan untuk memberikan kekebalan yang sangat baik dalam usus. Namun, OPV juga dikenal untuk dapat kembali ke bentuk berbahaya dari virus polio yang mampu melumpuhkan orang yang divaksin, sehingga dibutuhkan kondisi prima untuk menerima OPV.
Sedangkan, orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu, vaksinasi polio booster sangat dianjurkan pada siapa pun yang tidak divaksinasi atau tidak yakin jika dirinya pernah divaksinasi.
Referensi : Polio (Poliomyelitis), Dokter Sehat.

Jelaskan perbedaan AFP dan Polio!
Jawaban :
1.         AFP/AFM
Penyakit yang menyerang sistem saraf, terutama di daerah sumsum tulang belakang. Kondisi ini menyebabkan otot dan refleks dalam tubuh menjadi lemah.
Kondisi ini sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, namun paling sering ditemukan pada anak-anak. Secara perlahan, kondisi ini akan menyebabkan bagian tangan dan kaki menjadi lemah dan semakin lama akan kehilangan kemampuan dan refleks. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan kelemahan pada area wajah, kepala dan leher, kemampuan menggerakkan bola mata, hingga menurunnya kemampuan berbicara.
Penyebab dari kondisi ini dalam beberapa kasus diduga terjadi karena infeksi virus, termasuk virus penyebab polio.
2.         Polio
Kondisi penyakit yang terjadi karena serangan virus. Penyakit ini sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf, terutama pada balita. Polio adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan bernapas, kelumpuhan, bahkan kematian.
Referensi : Beda Polio dan AFM, Halodoc.

Siapa saja yang beresiko terkena polio?
Jawaban :
Yang beresiko terkena polio adalah anak-anak di bawah umur 5 tahun, tetapi kondisi ini juga bisa menyerang orang dewasa.
Referensi : Poliomyelitis, Infeksi Emerging Kemenkes.

Bagaimana upaya pencegahan penyakit polio?
Jawaban :
1.         Vaksin
Imunisasi adalah langkah pencegahan polio yang paling efektif. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dalam 4 bulan pertama kehidupan bayi. Lalu, dilanjutkan dengan imunisasi polio tambahan dalam PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio yang dilaksanakan setiap tahun.
2.         Mencuci tangan
Infeksi virus polio bermula dari mulut dan hidung, mirip dengan penyakit akibat infeksi virus lainnya. Memastikan tangan bersih sebelum menyentuh hidung dan mulut adalah langkah pencegahan polio paling mudah yang dapat dilakukan di mana saja.
3.         Nutrisi untuk imun
Daya tahan tubuh yang baik adalah kunci untuk memerangi virus dari dalam tubuh. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ialah mencukupi kebutuhan cairan, konsumsi makanan kaya nutrisi dengan memadukan, sayur, daging, dan buah, konsumsi vitamin, serta mendapatkan waktu tidur yang cukup.
4.         Kebersihan makanan dan minuman
Virus dapat hidup dalam air dan bahan makanan. Memasak air dan makanan sampai benar-benar matang dapat membuat virus mati dan gagal masuk dan menginfeksi tubuh.
5.         Memilih toilet umum
Virus polio dapat menular lewat kontak dengan kotoran atau feses penderita. Karena itu, ada baiknya untuk memperhatikan kebersihan toilet umum sebelum digunakan. Terlebih toilet yang akan digunakan oleh balita. Selain memilih toilet, mencuci tangan dengan sabun usai menggunakan toilet umum adalah langkah wajib sebagai upaya pencegahan polio di tempat umum.

Referensi : 5 Langkah Pencegahan Polio, CNN Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) KIMIA KLINIK

Nama                : Ainan Dwi Lestari NIM                 : PO.71.3.203.17.1.003 Prodi                : D-III Teknologi Laboratoriu...