Mahasiswi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Sabtu, 24 Maret 2018

SEL-SEL MANUSIA


SEL-SEL PADA MANUSIA

Nama                           : Ainan Dwi Lestari
NIM                            : PO713203171003
Prodi/ Jurusan             : D-III Analis Kesehatan
Mata Kuliah                : Biologi Molekuler
Dosen                          : Nurdin, S.Si., M.Kes.



A.      Sel Epitel
Rongga mulut :

Pada umumnya sel epitel dibedakan menjadi 3 macam bentuk :
1.         Sel Gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell. Pada potongan tegak lurus permukaan epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal.
2.         Sel Kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga tampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya tampak poligonal.
3.         Sel Silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan epitel, bentuk selnya poligonal. Biasanya inti yang berbentuk oval agak ke basal.
Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan menjadi 5 yaitu :
1.         Epitel Gepeng Selapis (Epithelium Squamous Simplex, Simple Squamous Epithelium)
Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya pada : permukaan dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis, Pars descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga serosa, endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran, duktus alveolaris dan alveoli paru-paru.
2.         Epitel Kuboid Selapis (Epithelium Cuboideum Simplex, Simple Cuboidal Epithelium)
Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah, epitel ini dapat dijumpai pada pleksus coroideus, diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia, epithelium germanitivum, pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus ekskretorius beberapa kelenjar.
3.         Epitel Silindris Selapis (Epithelium Cilindricum Simplex, Simple Columnar Epithelium)
Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Epitel ini dapat ditemukan pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari lambung sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan selnya mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat dijumpai pada permukaan uterus dan bronchiolus.
Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga dinamakan sebagai Sel Piala.
4.         Epitel Gepeng Berlapis (Epithelium Squmosum Complex, Stratified Squamos Epithelium)
Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih.
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel. Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1)        Epitel Gepeng Berlapis Tanpa Keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada cavum oris, oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.
2)        Epitel Gepeng Berlapis Berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, tetapi terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu lapisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada epidermis kulit. Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :
a)        Stratum Basale
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapisan paling bawah. Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin.
b)       Stratum Spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral. Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome. Adanya desmosome menyebabkan eratnya hubungan antar sel.
c)        Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis.
d)       Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya.
e)        Stratum Corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat bagian-bagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.
5.         Epitel Silindris Berlapis (Epithelium Cilindricum Complex, Stratified Columnar Epithelium)
Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membran basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada peralihan oropharing ke laring, fornix conjunctivae, urethra pars cavernosa dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tertentu permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi dengan silia, seperti pada facies nasalis palatum molle, laring dan oesophagus dari fetus.
6.         Epitel Cuboid Berlapis (Epithelium Cuboideum Complex)
Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh yaitu pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding anthrum folliculi ovarii.
7.         Epitel Silindris Bertingkat (Epithelium Cilindricum Pseudocomplex, Epitel Silindris Berlapis Semu)
Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya mencapai membrane basalis. Tinggi sel-sel penyusunnya tidak sama sehingga letak inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-sel yang berukuran pendek memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai penyokong.
Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel kelenjar.
8.         Epitel Transisional (Transisional Epithelium)
Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitel jenis ini cocok untuk melapisi permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung kemih dan juga saluran kemih mulai dari calyces renales sampai sebagian dari urethra.
Sel-sel paling basal dari epitel tersebut berbentuk kuboid atau silindris. Sel-sel yang terdapat diatas lapisan basal terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang kemudian dilanjutkan dengan sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu atau bola lampu dengan bagian bulat menuju ke arah permukaan. Sel-sel ini bentuknya menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang dapat berubah. Pada lapisan teratas, bentuk selnya cembung dan berukuran besar mirip payung tanpa tangkai sehingga dinamakan Sel Payung. Bagian bawah dari sel payung bentuknya cekung sesuai dengan permukaan bulat dari sel berbentuk labu. Permukaan sel payung dilengkapi dengan crusta yang dapat berfungsi untuk melindungi terhadap cairan kemih yang berada dalam rongga.

B.       Sel Tulang
Tulang dibentuk oleh tiga jenis sel utama: osteoblas, osteosit dan Osteoklas.


1.         Osteoblas
Osteoblas memiliki inti sel tunggal atau mononukleat, dengan bentuk yang bervariasi pipih hingga bulat, menggambarkan tingkat aktivitas selular dan pada tahap lanjut dari proses maturitas sejalan dengan pembentukan tulang pada permukaan. Osteblas merupakan jenis sel mesenkimal yang berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan tulang. Osteoblas adalah sel pembentuk tulang yang turun dari sel osteoprogenitor. Mereka membentuk campuran protein yang dikenal sebagai osteoid, yang mengalami mineralisasi menjadi tulang. Osteoid terutama terdiri dari kolagen Tipe I.
Osteoblas juga memproduksi hormon, seperti prostaglandin, untuk bertindak pada tulang itu sendiri. Mereka memproduksi fosfatase alkali yaitu enzim yang berperan dalam mineralisasi tulang, serta banyak protein matriks. Osteoblas adalah sel-sel tulang dewasa, dan akhirnya menjadi terperangkap dalam matriks tulang menjadi osteosit, yang merupakan sel-sel tulang dewasa. Semua sel lapisan tulang adalah osteoblas. Hormon jenis glukokortikoid secara langsung akan menginduksi apoptosis pada osteoblas dan osteosit, namun memperpanjang rentang hidup osteoklas. Efek glukokortikoid, termasuk penyakit yang ditimbulkan olehnya, dapat diredam dengan injeksi hormon PTH yang biasa digunakan bagi penderita osteoporosis.
2.         Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang berasal dari osteoblas, yang telah bermigrasi ke dalam dan menjadi terjebak dan dikelilingi oleh matriks tulang, diproduksi sendiri. Ruang yang mereka tempati dikenal sebagai lakuna. Osteosit memiliki banyak proses yang menjangkau memenuhi osteoblas dan osteosit lainnya mungkin untuk tujuan komunikasi. Fungsi mereka termasuk pembentukan tulang, pemeliharaan matriks dan homeostasis kalsium. Sepanjang osteogenesis, osteoblas akan melepaskan osteoid disertai peningkatan pencerap inti DAX1 dan enzim GTPase, dan penurunan faktor transkripsi SOX4. sebelum terdiferensiasi menjadi osteosit. Sepanjang proses ini terjadi peningkatan.
Osteosit memulai sekresi sklerostin setelah menjadi dewasa di dalam matriks osteoid yang mengalami mineralisasi. Simtoma hipoksia akan dengan cepat menginduksi kluster diferensiasi osteopontin pada osteosit melalui lintasan protein kinase C, dan memicu osteoklastogenesis yang menghasilkan osteoklas.
3.         Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel yang berfungsi untuk resorpsi tulang dan remodeling. Mereka sel-sel besar, berinti terletak pada permukaan tulang pada apa yang disebut lakuna Howship atau lubang penyerapan. Lakuna ini, atau lubang resorpsi, tertinggal setelah kerusakan pada permukaan tulang. Karena osteoklas berasal dari garis keturunan sel induk monosit, mereka dilengkapi dengan mekanisme fagositosis seperti mirip dengan makrofag yang beredar.
Meskipun osteoklas berasal dari sel punca jenis hematopoietik, diferensiasi menjadi osteoklas juga dapat dialami sel punca jenis embrionik, saat diberikan stimulasi hematopoiesis dan mielopoiesis seperti hormon vascular endothelial growth factor dan sitokina hematopoietik. Stimulasi semacam ini terhadap sel punca embrionik, akan menghasilkan populasi dengan ekspresi CD14, CD18, CD11b dan CD115 yang khas dari sel progenitor monosit/makrofag.
Ketika dilakukan kultur terhadap populasi tersebut dengan menggunakan hormon macrophage colony-stimulating factor dan receptor activator of nuclear factor-κB ligand (RANKL), akan terbentuk osteoklas yang memiliki banyak inti sel dengan ekspresi tartrate-resistant acid phosphatase dan kemampuan untuk melakukan resorpsi. Analisis molekular juga menunjukkan gen osteoklas seperti NFATc1, dan kluster diferensiasi cathepsin K, calcitonin receptor integrin αvβ3 dan aktin-F yang menjadi ciri osteoklas aktif.

C.      Sel Otot

1.         Otot Rangka
Otot rangka umumnya menempel ke tulang. Karena otot rangka dapat dikendalikan dengan pilihan, dia juga disebut otot volunter. Sel-sel otot rangka panjang, berbentuk seperti silinder atau tabung, dan terdiri dari protein-protein yang diatur untuk membuat otot tampak memiliki lurik. Otot rangka menghasilkan gerakan, mempertahankan posisi tubuh, dan menstabilisasi sendi. Mereka juga menghasilkan panas yang cukup dan oleh karena itu membantu mempertahankan suhu tubuh.
2.         Otot Polos
Otot polos umumnya ditemukan dalam dinding dari organ-organ dalam (seperti lambung dan kandung kemih) dan disebut otot visera. Dia juga ditemukan dalam tabung dan saluran seperti bronkiolus dan pembuluh darah. Karena otot polos berfungsi secara otomatis, dia disebut otot involunter. Berbeda dengan otot rangka, otot polos tidak tampak memiliki lurik, dan oleh karena itu disebut otot tanpa lurik. Kontraksi dari otot polos memungkinan organ dalam untuk melakukan fungsinya. Kontraksi dari otot lambung, memungkinkan lambung untuk mencampur makanan padat menjadi pasta dan kemudian mendorongnya ke usus halus, dimana pencernaan berlanjut.
3.         Otot Jantung
Otot jantung ditemukan hanya pada jantung, dimana dia berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sama seperti otot rangka, otot jantung memiliki lurik. Sel-sel otot jantung adalah sel-sel yang bercabang panjang yang bersama-sama membentuk hubungan yang disebut diskus interkalatus. Hubungan yang sangat erat ini memungkinkan konduksi yang cepat dari sinyal listrik diseluruh jantung. Otot jantung tidak dibawah kendali volunter dan diklasifikasikan sebagai otot involunter

D.      Sel Darah

Sel darah terdiri atas 3 jenis yaitu :
1.         Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit berasal dari kata Erythros yang berarti merah dan kytos yang berarti ruang sel. Eritrosit merupakan bagian utama dari darah, selnya kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein. Pada dasarnya merupakan suatu kantung yang mengangkut Odan CO2(dalam tingkat rendah ) di dalam darah. Jumlahnya pada pria dewasa sekitar  5 juta/cc dan pada wanita dewasa sekitar 4,5 juta/cc. Sel darah merah tidak memiliki nucleus, organel, atau ribosom, tetapi dipenuhi hemoglobin. Bentuknya bikonkaf, berdiameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. Namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang dilaluinya serta berwarna merah disebabkan oleh hemoglobin(Hb). Hemoglobin merupakan protein yang berperan paling besar dalam transport oksigen ke jaringan dan karbondioksida ke paru-paru. Karena tidak mampu mengganti komponen-komponennya, sel darah merah memiliki usia yang terbatas yaitu sekitar 120 hari. Setelah itu akan dihancurkan di hati. Fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan.
2.         Leukosit (Sel Darah Putih)


Leukosit berasal dari kata leukos yang berarti putih dan kytos yang berarti ruang sel. Leukosit berinti, bahkan pada basofil, netrofil, dan eosinofil intinya lebih dari 1 lobus sehingga disebut polimorfphonuclear (PMN), sedang monosit dan limfosit berinti satu lobus. Pada orang dewasa terdapat 5000- 10000/cc.
Leukosit bersifat fagosit (pemakan) benda asing atau kuman yang masuk ke dalam tubuh, menghancurkan sel abnormal yang muncul di tubuh dan membersihkan debris sel. Terdapat lima jenis sel darah putih yaitu :
a)        Neutrofil
Memiliki inti, berukuran sekitar 8 mikron, bersifat fagosit dengan cara masuk kejaringan yang terinfeksi, aktif selama 6-20 jam, berperan khusus untuk memakan bakteri dan debris.
b)       Eosinofil
Memiliki inti, bersifat fagosit lemah. Berbentuk hampir seperti bola Berukuran sekitar 9 mikron, berperan khusus daam menyerang cacing parasitik dan reaksi alergi.
c)        Basofil
Bentuknya bulat atau oval, meninggalkan sistem sirkulasi dan terakulmulasi dalam cairan interstitial pada tempat infeksi atau peradangan, melepas toksin yang membunuh mikroorganismee penyusup dan parasit. Mengeluarkan dua zat kimia, histamine (respon alergi dan heparin (membantu membersihkan partikel lemak dari darah)
d)       Monosit
Berinti satu, berbentuk kepal kuda atau ginjal dengan ukuran diameter 12-20 mikron, bersifat fagosit, setelah keluar dari tubuh, kemudian berdiam di jaringan dan membesar untuk menjadi fagosit jaringan yang dikenal sebagai makrofag.
e)        Limfosit
Berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-14 mikron, dibentuk di sumsum tulang (janin di hati), tidak dapat bergerak, berinti satu, membentuk pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri, virus dan sasaran lain yang telah diatur untuknya, pertahanannya dalam bentuk antibodi dan respon imun seluler.
3.         Trombosit (Keping Darah)
Trombosit merupakan fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang. Trombosit berperan penting dalam hemostatis, penghentian pendarahan (pembekuan darah) dari pembuluh yang cidera. Trombosit disebut juga sel darah pembeku, jumlahnya pada orang dewasa kira-kira 200.000-500.000/cc. berbentuk bulat, bulat lonjong atau spindle maupun cakram. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembekuan (hemostasis), diantaranya adalah faktor VIII (antiheamophillic factor). Berfungsi untuk menyembuhkan daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius. Umurnya sekitar 5-9 hari.

E.       Sel Ikat

Sel-sel jaringan ikat banyak ditemukan pada jaringan ikat longgar. Pada jaringan ikat longgar selsel jaringan ikat terdapat dalam berbagai jenis. Oleh karena itu, jaringan ikat dibagi dalam dua kelompok yaitu sel-sel tetap dan sel kelana.
1.         Sel Tetap
a)        Fibroblas
Fibroblas adalah sel yang berbentuk serat dan berfungsi untuk mensekresikan protein.
b)       Makrofag
Makrofag adalah sel yang bentuknya tidak teratur dan berfungsi untuk pinositosis dan fagositosis. Pinositosis adalah proses “meminum” partikel-partikel kecil—biasanya berupa zat-zat buangan—yang berupa cairan. Sedangkan fagositosis adalah proses “memakan” sel-sel mati dan bakteri.
c)        Sel Mastosis (Tiang)
Sel tiang adalah sel yang berfungsi sebagai penghasil heparin dan histamin. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan histamin berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas kapiler darah.
d)       Sel Lemak
Sel lemak berfungsi untuk menyimpan lemak. Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak (adiposa).
e)        Sel Plasma
Sel plasma memiliki bentuk yang tidak teratur dan berfungsi untuk melawan patogen. Sel ini kebanyakan ditemukan pada saluran pencernaan dan pernapasan.
2.         Sel Kelana
Sel-sel kelana jaringan ikat di antaranya yaitu jenis sel darah putih. Sel-sel darah putih disebut sebagi sel kelana jaringan ikat, karena sel-sel ini dapat bergerak bebas secara diapedesis di antara darah, limfa, atau jaringan ikat untuk membersihkan pathogen yang berupa bakteri, virus, atau protozoa yang menimbulkan penyakit. Sel-sel darah putih terbagi menjadi dua, yaitu sel darah putih bergranula (granulosit) dan yang tidak bergranula (agranulosit). Sel darah putih bergranula, misalnya eosinofil, basofil, dan neutrofil sedangkan yang tidak bergranula, misalnya limfosit dan monosit.

F.       Sel Ikat
Sel saraf atau neuron merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf yang berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang). Jutaan sel saraf ini membentuk suatu sistem saraf. Berdasarkan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensoris, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet (asosiasi).


1.         Sel Saraf Sensorik

Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

2.         Sel Saraf Motorik

Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.

3.         Sel Saraf Intermediet/ Konektor

Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) KIMIA KLINIK

Nama                : Ainan Dwi Lestari NIM                 : PO.71.3.203.17.1.003 Prodi                : D-III Teknologi Laboratoriu...