SEL-SEL PADA MANUSIA
Nama : Ainan Dwi Lestari
NIM : PO713203171003
Prodi/ Jurusan : D-III Analis Kesehatan
Mata Kuliah : Biologi Molekuler
Dosen : Nurdin, S.Si.,
M.Kes.
A. Sel
Epitel
Rongga mulut :
Pada umumnya sel epitel dibedakan menjadi 3 macam bentuk :
1.
Sel Gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell. Pada
potongan tegak lurus permukaan epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan
bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Apabila dilihat dari permukaan
epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal.
2.
Sel Kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama
sehingga tampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya
tampak poligonal.
3.
Sel Silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran
lebarnya. Dari permukaan epitel, bentuk selnya poligonal. Biasanya inti yang
berbentuk oval agak ke basal.
Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan
menjadi 5 yaitu :
1.
Epitel Gepeng Selapis (Epithelium
Squamous Simplex, Simple Squamous Epithelium)
Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan
tersusun dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan
diwarnai dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya pada : permukaan
dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis, Pars
descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga serosa,
endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran, duktus alveolaris dan
alveoli paru-paru.
2.
Epitel Kuboid Selapis (Epithelium
Cuboideum Simplex, Simple Cuboidal Epithelium)
Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk
kuboid dengan inti yang bulat ditengah, epitel ini dapat dijumpai pada pleksus
coroideus, diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia, epithelium
germanitivum, pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus
ekskretorius beberapa kelenjar.
3.
Epitel Silindris Selapis (Epithelium
Cilindricum Simplex, Simple Columnar Epithelium)
Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk
silindris sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan.
Epitel ini dapat ditemukan pada permukaan selaput lendir tractus digestivus
dari lambung sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa
kelenjar. Pada beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan selnya
mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat dijumpai pada
permukaan uterus dan bronchiolus.
Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga dinamakan sebagai Sel Piala.
Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga dinamakan sebagai Sel Piala.
4.
Epitel Gepeng Berlapis (Epithelium
Squmosum Complex, Stratified Squamos Epithelium)
Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng
pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan,
sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang
terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana
basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk
polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih.
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel. Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel. Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1)
Epitel Gepeng Berlapis Tanpa Keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada
cavum oris, oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.
2)
Epitel Gepeng Berlapis Berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa
keratin, tetapi terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu
lapisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan
tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada
epidermis kulit. Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai
berikut :
a)
Stratum Basale
Merupakan
selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapisan paling bawah.
Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin.
b) Stratum Spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk
polihedral. Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat
seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya
bangunan yang disebut desmosome. Adanya desmosome menyebabkan eratnya hubungan
antar sel.
c)
Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah
ketupat dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat
butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis.
d) Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis
jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti
yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya.
e)
Stratum Corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini
zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini,
terdapat bagian-bagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan
tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.
5.
Epitel Silindris Berlapis (Epithelium Cilindricum Complex, Stratified Columnar Epithelium)
Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan
yang teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membran
basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan
bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada
peralihan oropharing ke laring, fornix conjunctivae, urethra pars cavernosa dan
ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tertentu permukaan
sel dari lapisan teratas dilengkapi dengan silia, seperti pada facies nasalis
palatum molle, laring dan oesophagus dari fetus.
6.
Epitel Cuboid Berlapis (Epithelium
Cuboideum Complex)
Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan
yang berbentuk kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh
yaitu pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding anthrum folliculi
ovarii.
7.
Epitel Silindris Bertingkat (Epithelium Cilindricum Pseudocomplex, Epitel Silindris Berlapis Semu)
Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya
mencapai membrane basalis. Tinggi sel-sel penyusunnya tidak sama sehingga letak
inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-sel yang berukuran pendek
memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai penyokong.
Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel kelenjar.
Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel kelenjar.
8.
Epitel Transisional (Transisional
Epithelium)
Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan
ruangan organ yang dibatasi. Epitel jenis ini cocok untuk melapisi permukaan
suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung
kemih dan juga saluran kemih mulai dari calyces renales sampai sebagian dari
urethra.
Sel-sel paling basal dari epitel tersebut berbentuk kuboid
atau silindris. Sel-sel yang terdapat diatas lapisan basal terdiri atas sel-sel
yang berbentuk polihedral yang kemudian dilanjutkan dengan sel-sel yang
berbentuk sebagai buah labu atau bola lampu dengan bagian bulat menuju ke arah
permukaan. Sel-sel ini bentuknya menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang
dapat berubah. Pada lapisan teratas, bentuk selnya cembung dan berukuran besar
mirip payung tanpa tangkai sehingga dinamakan Sel Payung. Bagian bawah dari sel
payung bentuknya cekung sesuai dengan permukaan bulat dari sel berbentuk labu.
Permukaan sel payung dilengkapi dengan crusta yang dapat berfungsi untuk
melindungi terhadap cairan kemih yang berada dalam rongga.
B. Sel
Tulang
Tulang
dibentuk oleh tiga jenis sel utama: osteoblas, osteosit dan Osteoklas.
1.
Osteoblas
Osteoblas memiliki inti sel tunggal atau mononukleat, dengan
bentuk yang bervariasi pipih hingga bulat, menggambarkan tingkat aktivitas
selular dan pada tahap lanjut dari proses maturitas sejalan dengan pembentukan
tulang pada permukaan. Osteblas merupakan jenis sel mesenkimal yang berfungsi
untuk pembentukan dan perkembangan tulang. Osteoblas adalah sel
pembentuk tulang yang turun dari sel osteoprogenitor. Mereka membentuk campuran
protein yang dikenal sebagai osteoid, yang mengalami mineralisasi menjadi tulang.
Osteoid terutama terdiri dari kolagen Tipe I.
Osteoblas
juga memproduksi hormon, seperti prostaglandin, untuk bertindak pada tulang itu
sendiri. Mereka memproduksi fosfatase alkali yaitu enzim yang berperan dalam
mineralisasi tulang, serta banyak protein matriks. Osteoblas adalah sel-sel
tulang dewasa, dan akhirnya menjadi terperangkap dalam matriks tulang menjadi
osteosit, yang merupakan sel-sel tulang dewasa. Semua sel lapisan tulang adalah
osteoblas. Hormon jenis glukokortikoid secara langsung akan menginduksi
apoptosis pada osteoblas dan osteosit, namun memperpanjang rentang hidup
osteoklas. Efek glukokortikoid, termasuk penyakit yang ditimbulkan olehnya,
dapat diredam dengan injeksi hormon PTH yang biasa digunakan bagi penderita
osteoporosis.
2.
Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang
dewasa yang berasal dari osteoblas, yang telah bermigrasi ke dalam dan menjadi
terjebak dan dikelilingi oleh matriks tulang, diproduksi sendiri. Ruang yang
mereka tempati dikenal sebagai lakuna. Osteosit memiliki banyak proses yang
menjangkau memenuhi osteoblas dan osteosit lainnya mungkin untuk tujuan
komunikasi. Fungsi mereka termasuk pembentukan tulang, pemeliharaan matriks dan
homeostasis kalsium. Sepanjang osteogenesis, osteoblas akan melepaskan osteoid
disertai peningkatan pencerap inti DAX1 dan enzim GTPase, dan penurunan faktor
transkripsi SOX4. sebelum terdiferensiasi menjadi osteosit. Sepanjang proses
ini terjadi peningkatan.
Osteosit memulai sekresi sklerostin
setelah menjadi dewasa di dalam matriks osteoid yang mengalami mineralisasi.
Simtoma hipoksia akan dengan cepat menginduksi kluster diferensiasi osteopontin
pada osteosit melalui lintasan protein kinase C, dan memicu osteoklastogenesis
yang menghasilkan osteoklas.
3.
Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel yang berfungsi
untuk resorpsi tulang dan remodeling. Mereka sel-sel besar, berinti terletak
pada permukaan tulang pada apa yang disebut lakuna Howship atau lubang
penyerapan. Lakuna ini, atau lubang resorpsi, tertinggal setelah kerusakan pada
permukaan tulang. Karena osteoklas berasal dari garis keturunan sel induk
monosit, mereka dilengkapi dengan mekanisme fagositosis seperti mirip dengan
makrofag yang beredar.
Meskipun osteoklas berasal dari sel
punca jenis hematopoietik, diferensiasi menjadi osteoklas juga dapat dialami
sel punca jenis embrionik, saat diberikan stimulasi hematopoiesis dan
mielopoiesis seperti hormon vascular endothelial growth factor dan sitokina
hematopoietik. Stimulasi semacam ini terhadap sel punca embrionik, akan
menghasilkan populasi dengan ekspresi CD14, CD18, CD11b dan CD115 yang khas
dari sel progenitor monosit/makrofag.
Ketika dilakukan kultur terhadap
populasi tersebut dengan menggunakan hormon macrophage colony-stimulating
factor dan receptor activator of nuclear factor-κB ligand (RANKL), akan
terbentuk osteoklas yang memiliki banyak inti sel dengan ekspresi
tartrate-resistant acid phosphatase dan kemampuan untuk melakukan resorpsi.
Analisis molekular juga menunjukkan gen osteoklas seperti NFATc1, dan kluster
diferensiasi cathepsin K, calcitonin receptor integrin αvβ3 dan aktin-F yang
menjadi ciri osteoklas aktif.
C. Sel
Otot
1.
Otot
Rangka
Otot
rangka umumnya menempel ke tulang. Karena otot rangka dapat dikendalikan dengan
pilihan, dia juga disebut otot volunter. Sel-sel otot rangka panjang, berbentuk
seperti silinder atau tabung, dan terdiri dari protein-protein yang diatur
untuk membuat otot tampak memiliki lurik. Otot rangka menghasilkan gerakan,
mempertahankan posisi tubuh, dan menstabilisasi sendi. Mereka juga menghasilkan
panas yang cukup dan oleh karena itu membantu mempertahankan suhu tubuh.
2.
Otot
Polos
Otot
polos umumnya ditemukan dalam dinding dari organ-organ dalam (seperti lambung
dan kandung kemih) dan disebut otot visera. Dia juga ditemukan dalam tabung dan
saluran seperti bronkiolus dan pembuluh darah. Karena otot polos berfungsi
secara otomatis, dia disebut otot involunter. Berbeda dengan otot rangka, otot
polos tidak tampak memiliki lurik, dan oleh karena itu disebut otot tanpa
lurik. Kontraksi dari otot polos memungkinan organ dalam untuk melakukan
fungsinya. Kontraksi dari otot lambung, memungkinkan lambung untuk mencampur
makanan padat menjadi pasta dan kemudian mendorongnya ke usus halus, dimana
pencernaan berlanjut.
3.
Otot
Jantung
Otot
jantung ditemukan hanya pada jantung, dimana dia berfungsi memompa darah ke
seluruh tubuh. Sama seperti otot rangka, otot jantung memiliki lurik. Sel-sel
otot jantung adalah sel-sel yang bercabang panjang yang bersama-sama membentuk
hubungan yang disebut diskus interkalatus. Hubungan yang sangat erat ini
memungkinkan konduksi yang cepat dari sinyal listrik diseluruh jantung. Otot
jantung tidak dibawah kendali volunter dan diklasifikasikan sebagai otot
involunter
D. Sel
Darah
Sel darah terdiri atas 3 jenis yaitu :
1.
Eritrosit
(Sel Darah Merah)
Eritrosit berasal dari kata
Erythros yang berarti merah dan kytos yang berarti ruang sel. Eritrosit
merupakan bagian utama dari darah, selnya kompleks, membrannya terdiri dari
lipid dan protein. Pada dasarnya merupakan suatu kantung yang mengangkut O2 dan
CO2(dalam tingkat rendah ) di dalam darah. Jumlahnya pada pria
dewasa sekitar 5 juta/cc dan pada wanita dewasa sekitar 4,5 juta/cc. Sel
darah merah tidak memiliki nucleus, organel, atau ribosom, tetapi dipenuhi
hemoglobin. Bentuknya bikonkaf, berdiameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm.
Namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang dilaluinya serta
berwarna merah disebabkan oleh hemoglobin(Hb). Hemoglobin merupakan protein
yang berperan paling besar dalam transport oksigen ke jaringan dan karbondioksida
ke paru-paru. Karena tidak mampu mengganti komponen-komponennya, sel darah
merah memiliki usia yang terbatas yaitu sekitar 120 hari. Setelah itu akan
dihancurkan di hati. Fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang
akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan.
2.
Leukosit
(Sel Darah Putih)
Leukosit berasal dari kata
leukos yang berarti putih dan kytos yang berarti ruang sel. Leukosit berinti,
bahkan pada basofil, netrofil, dan eosinofil intinya lebih dari 1 lobus
sehingga disebut polimorfphonuclear (PMN), sedang monosit dan limfosit berinti satu
lobus. Pada orang dewasa terdapat 5000- 10000/cc.
Leukosit bersifat fagosit
(pemakan) benda asing atau kuman yang masuk ke dalam tubuh, menghancurkan sel
abnormal yang muncul di tubuh dan membersihkan debris sel. Terdapat lima jenis
sel darah putih yaitu :
a)
Neutrofil
Memiliki inti, berukuran sekitar 8
mikron, bersifat fagosit dengan cara masuk kejaringan yang terinfeksi, aktif
selama 6-20 jam, berperan khusus untuk memakan bakteri dan debris.
b) Eosinofil
Memiliki inti, bersifat fagosit
lemah. Berbentuk hampir seperti bola Berukuran sekitar 9 mikron, berperan
khusus daam menyerang cacing parasitik dan reaksi alergi.
c)
Basofil
Bentuknya bulat atau oval,
meninggalkan sistem sirkulasi dan terakulmulasi dalam cairan interstitial pada
tempat infeksi atau peradangan, melepas toksin yang membunuh mikroorganismee
penyusup dan parasit. Mengeluarkan dua zat kimia, histamine (respon alergi dan
heparin (membantu membersihkan partikel lemak dari darah)
d) Monosit
Berinti satu, berbentuk kepal kuda
atau ginjal dengan ukuran diameter 12-20 mikron, bersifat fagosit, setelah
keluar dari tubuh, kemudian berdiam di jaringan dan membesar untuk menjadi
fagosit jaringan yang dikenal sebagai makrofag.
e)
Limfosit
Berbentuk seperti bola dengan ukuran
diameter 6-14 mikron, dibentuk di sumsum tulang (janin di hati), tidak dapat
bergerak, berinti satu, membentuk pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri,
virus dan sasaran lain yang telah diatur untuknya, pertahanannya dalam bentuk
antibodi dan respon imun seluler.
3.
Trombosit (Keping Darah)
Trombosit
merupakan fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang.
Trombosit berperan penting dalam hemostatis, penghentian pendarahan (pembekuan
darah) dari pembuluh yang cidera. Trombosit disebut juga sel darah pembeku,
jumlahnya pada orang dewasa kira-kira 200.000-500.000/cc. berbentuk bulat,
bulat lonjong atau spindle maupun cakram. Di dalam trombosit terdapat banyak
sekali faktor pembekuan (hemostasis), diantaranya adalah faktor VIII
(antiheamophillic factor). Berfungsi untuk menyembuhkan daerah yang terinfeksi
dan mengalami peradangan serius. Umurnya sekitar 5-9 hari.
E. Sel
Ikat
Sel-sel jaringan ikat banyak
ditemukan pada jaringan ikat longgar. Pada jaringan ikat longgar selsel
jaringan ikat terdapat dalam berbagai jenis. Oleh karena itu, jaringan ikat dibagi
dalam dua kelompok yaitu sel-sel tetap dan sel kelana.
1.
Sel Tetap
a)
Fibroblas
Fibroblas adalah sel yang berbentuk serat dan berfungsi untuk
mensekresikan protein.
b) Makrofag
Makrofag adalah sel yang bentuknya tidak teratur dan
berfungsi untuk pinositosis dan fagositosis. Pinositosis adalah proses
“meminum” partikel-partikel kecil—biasanya berupa zat-zat buangan—yang berupa
cairan. Sedangkan fagositosis adalah proses “memakan” sel-sel mati dan bakteri.
c)
Sel Mastosis (Tiang)
Sel tiang adalah sel yang berfungsi sebagai penghasil heparin
dan histamin. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan
histamin berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas kapiler darah.
d) Sel
Lemak
Sel lemak berfungsi untuk menyimpan lemak. Sel-sel lemak
membentuk jaringan lemak (adiposa).
e)
Sel Plasma
Sel plasma memiliki bentuk yang tidak teratur dan berfungsi
untuk melawan patogen. Sel ini kebanyakan ditemukan pada saluran pencernaan dan
pernapasan.
2.
Sel Kelana
Sel-sel kelana jaringan ikat di antaranya
yaitu jenis sel darah putih. Sel-sel darah putih disebut sebagi sel kelana
jaringan ikat, karena sel-sel ini dapat bergerak bebas secara diapedesis di
antara darah, limfa, atau jaringan ikat untuk membersihkan pathogen yang berupa
bakteri, virus, atau protozoa yang menimbulkan penyakit. Sel-sel darah putih
terbagi menjadi dua, yaitu sel darah putih bergranula (granulosit) dan yang
tidak bergranula (agranulosit). Sel darah putih bergranula, misalnya eosinofil,
basofil, dan neutrofil sedangkan yang tidak bergranula, misalnya limfosit dan
monosit.
F. Sel
Ikat
Sel saraf atau neuron
merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf yang
berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu
stimulus (rangsang). Jutaan sel saraf ini membentuk suatu sistem saraf. Berdasarkan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu sel saraf sensoris, sel saraf motorik, dan sel saraf
intermediet (asosiasi).
1.
Sel Saraf Sensorik
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls
dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang
(medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf
asosiasi (intermediet).
2.
Sel Saraf Motorik
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari
sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh
terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan
aksonnya dapat sangat panjang.
3.
Sel Saraf Intermediet/ Konektor
Sel saraf intermediet disebut juga
sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan
berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel
saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi
lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam
satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul
membentuk ganglion atau simpul saraf.
MasyaAllah.. lanjutkann😘
BalasHapusTerima kasih ukhti namirah
Hapus