Nama : Ainan
Dwi Lestari
NIM :
PO.71.3.203.17.1.003
Prodi : D-III
Analis Kesehatan
Dosen : Dr. H. Herman, S.Pd., M.Kes.
ALAT-ALAT GELAS DI LABORATORIUM
Gelas adalah suatu zat amorf yang diperoleh dengan mencampur bahan-bahan
anorganik yang telah dilebur pada suhu tinggi dan didinginkan kan menjadi benda
padat. Berdasarkan jenis dan komposisi dari bahan anorganik yang menyusunnya, ada
beberapa jenis gelas yaitu gelas biasa, gelas timbal, gelas borosilikat dan
gelas leburan silika.
Alat gelas yang digunakan di laboratorium (laboratory glassware)
umumnya merupakan gelas borosilikat. Gelas ini terbuat dari kuarsa/ silika
oksida berkualitas tinggi, borong oksida, aluminium oksida dan natrium oksida. Gelas
jenis ini mencair pada suhu agak tinggi dan mempunyai angka mulai yang kecil. Oleh
karena itu dapat dipanaskan hingga suhu tinggi dan dapat direndam dalam air
dingin atau es tanpa terjadi keretakan atau pecah. Selain itu, gelas
borosilikat juga tidak bereaksi dengan bahan kimia sehingga cocok digunakan
sebagai alat gelas di laboratorium.
Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, setiap praktikan
harus mengenal dan memahami cara penggunaan peralatan dasar yang biasa di
gunakan dalam laboratorium serta menerapkan K3 nya di laboratorium.
1.
Gelas Kimia/ Gelas Piala (Beaker Glass)
Biasanya terbuat dari tipe
boroksilikat. Bentuk beaker glass memiliki beberapa tipe tinggi dan pendek
dengan skala di sepanjang dindingnya. Mempunyai kapasitas ukuran (volume) dari
5-6000 ml.
a.
Prinsip kerja :
Wadah larutan, skala pada badan
gelas digunakan untuk mengukur larutan secara tidak teliti.
b.
Fungsi :
·
Untuk
mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi;
·
Sebagai tempat melarutkan dan menampung zat;
·
Memanaskan cairan;
·
Media
pemanasan cairan.
c.
K3 :
·
Menggunakan lap halus saat mengangkat beaker gelas dari kompor
listrik;
·
Merendam beaker gelas dalam aquadest atau air saat menuangkan
larutan asam dengan konsentrasi tinggi.
2.
Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer
Flask)Terbuat dari jenis gelas
boroksilikat, dengan diameternya semakin ke atas semakin kecil yang tertera di
sepanjang dindingnya. Labu erlenmeyer ada yang dilengkapi dengan tutup dan
tanpa tutup. Tutup labu dan mulut labur erlenmeyer terbuat dari kaca asah. Labu
erlenmeyer mempunyai kapasitas ukuran volume dari 25 – 5000 ml.
a.
Prinsip kerja :
Labu erlenmeyer dengan tutup
asah digunakan untuk pencampuran reaksi dengan pengocokkan kuat, sedangkan labu
erlenmeyer tanpa tutup asah biasanya
digunakan untuk mencampurkan reaksi dengan kecepatan lemah.
b.
Fungsi :
·
Untuk menyimpan dan memanaskan larutan;
·
Menampung titran hasil penyaringan;
·
Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.
c.
K3 :
Menggunakan lap halus saat
mengangkat Erlenmeyer dari kompor listrik.
3.
Tabung Reaksi (Test Tube)
a.
Prinsip kerja :
Sebagai wadah larutan, beberapa
memiliki tutup yang digunakan untuk meletakkan sampel (darah).
b.
Fungsi :
·
Mereaksikan larutan dalam skala kecil;
·
Untuk memanaskan sampel atau cairan.
c.
K3 :
·
Membawa serta dengan rak tabung sesuai dengan ukuran tabungnya
agar tidak jatuh;
·
Gunakan penjepit tabung saat akan melakukan pemanasan.
4.
Labu Ukur/ Labu Takar (Volumetrik Flask)
Terbuat dari jenis gelas
boroksilikat, mempunyai mulut labu dengan ukuran standar yang dilengkapi dengan
tutupnya. Tutup labu dapat terbuat dari gelas asah atau teflon. Mempunyai
bentuk alas bulat dan leher panjang dengan mulut sempit. Pada lehernya terdapat
tanda batas yang menunjukkan volume sebagaimana tertera pada badan labu. Labu
ukur atau labu takar mempunyai kapasitas volume 5 – 2000 ml.
a.
Prinsip kerja :
Labu ukur memiliki ketelitian
tinggi sehingga sering digunakan untuk mengukur larutan secara teliti.
b.
Fungsi :
·
Mengencerkan larutan dengan volume tertentu secara teliti dan
seksama;
·
Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu secara teliti dan
seksama.
c.
K3 :
·
Tidak boleh dipanaskan;
·
Gunakan kedua tangan saat mencampurkan larutan.
5.
Gelas Ukur (Measuring
Cylinders)
a.
Prinsip Kerja :
Mengukur cairan secara tidak
teliti dan tidak masuk dalam perhitungan.
b.
Fungsi :
Dapat digunakan untuk merendam
pipet dalam asam pencuci,
dan gelas ukur yang dilengkapi dengan tutup asah
digunakan untuk melarutkan zat hingga volume tertentu.
c.
K3 :
Perhatikan saat menuangkan
larutan, jangan sampai larutannya mengalir pada tepi gelas ukur.
6.
Buret (Burettes)
a.
Prinsip Kerja :
Buret harus bersih, kering dan
bebas lemak sebelum digunakan. Sebelum titrasi dimulai, pastikan tidak ada
gelembung udara di bawah kran karena menyebabkan kesalahan saat melakukan
titrasi.
b.
Fungsi :
·
Untuk mengeluarkan larutan dengaan volume tertentu, biasanya
digunakan untuk titrasi;
·
Kran berfungsi sebagai penutup atau pembuka larutan.
c.
K3 :
·
Letakkan pada keranjang plastik;
·
Perhatikkan kran buret, gunakan pelumas untuk memudahkan putaran
kran buret dan mencegah kebocoran.
7.
Corong (Funnels)
a.
Prinsip Kerja :
Membantu memasukkan cairan
dalam suatu wadah dengan ukuran mulut kecil.
b.
Fungsi :
Digunakan untuk menyaring
campuran kimia dengan gravitasi.
c.
K3 :
Saat menuangkan larutan, corong
sebaiknya tidak bersentuh dengan mulut wadah usahakan menjauh sedikit.
8.
Pipet Volume/ Pipet Gondok (Volumentric
Pipettes)
a.
Prinsip Kerja :
Memipet atau memindahkan volume
cairan dengan teliti atau seksama.
b.
Fungsi :
Untuk mengambil, memipet
sejumlah volume cairan dan memindahkan secara tidak teliti dan seksama
sebagaimana yang tertera pada batang pipet volume.
c.
K3 :
·
Tidak menggoyangkan pipet untuk mengeluarkan sisa larutan yang
tertinggal pada pipet, tetapi sebaiknya ditiup atau menggoreskan ujung pipet
pada dinding dalam dari wadah sebanyak 3x;
·
Menggunakan ball pipet saat memipet larutan berbahaya dan beracun;
·
Penghisapan larutan menggunakan pipet melalui mulut usahakan pipet
berada pada dasar wadah, agar tidak ada gelembung yang masuk saat memipet.
9.
Pipet Ukur (Graduated
Pipettes)
a.
Prinsip Kerja :
Memipet cairan secara kurang
teliti dan tidak masuk dalam perhitungan pada penetapan kadar.
b.
Fungsi :
Digunakan untuk mengambil,
memindahkan atau memipet sejumlah volume larutan atau cairan secara tidak
teliti.
c.
K3 :
·
Tidak menggoyangkan pipet untuk mengeluarkan sisa larutan yang
tertinggal pada pipet, tetapi sebaiknya ditiup atau menggoreskan ujung pipet
pada dinding dalam dari wadah sebanyak 3x;
·
Menggunakan ball pipet saat memipet larutan berbahaya dan beracun;
·
Penghisapan larutan menggunakan pipet melalui mulut usahakan pipet
berada pada dasar wadah, agar tidak ada gelembung yang masuk saat memipet.
10.
Desikator (Desiccators)
Desikator terbuat dari gelas
jenis semi-boroksilat, plastik atau mika. Tipe gelas jenis atau amber. Di dalam
desikator terdapat piringan berpori yang terbuat dari porselin yang digunakan
untuk meletakkan alat-alat gelas, asam sulfat pekat, fosfor pentaoksida,
kalsium oksida dan sebagainya dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan
dingin arena dilapisi vaselin. Ada dua macam desikator yaitu desikator biasa
dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka
tutup yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa
digunakan adalah silica gel yang terletak di bawah piringan. Pengering
silikagel biasanya diberi indikator warna biru yang kering dan jika telah
mengikat uap air warna akan berubah menjadi merah. Silikagel yang telah jenuh
dengan uap air dapat dikeringkan lagi dengan cara dipanaskan dalam oven dengan suhu
100o. Tutup desikator pada bagian permukaan harus diberi bahan
pelican, misal : silicon grease, agar dapat tertutup lebih rapat.
a.
Prinsip kerja :
Mendinginkan, mengeringkan
serta menyimpan zat atau bahan.
b.
Fungsi :
·
Digunakan untuk mendinginkan bahan atau alat gelas (misalnya krus
porselin, botol timbang) setelah dipanaskan dan akan ditimbang;
·
Mengeringkan bahan atau menyimpan zat atau bahan yang harus
diliindungi terhadap pengaruh kelembapan udara.
c.
K3 :
Gunakan dua buah tangan untuk
membawa desikator atau untuk membukanya, tangan pertama digunakan sebagai
penahan desikator dan tangan yang lain digunakan untuk mendorong tutup
desikator. Jika desikator dihampa udarakan, sebelum dibuka kran harus dibuka
terlebih dahulu agar tekanan udara di dalam dan diluar desikator sama hingga
akan memudahkan untuk membukanya.
11.
Batang Pengaduk (Strirring
Rod)
a.
Prinsip Kerja :
Mengaduk larutan atau suspense
dalam wadah.
b.
Fungsi :
·
Digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi yang umumnya berada
pada gelas kimia, erlenmeyer atau tabung reaksi;
·
Digunakan pula sebagai alat bantu untuk memindahkan cairan dari
suatu bejana ke bejana lain.
c.
K3 :
Dalam mengaduk tidak bolek
terlalu kuat atau kasar agar larutan tidak terpecik dan wadah tidak pecah.
12.
Gelas Arloji (Watch Glasses)
a.
Prinsip Kerja :
Wadah penimbangan zat padat
b.
Fungsi :
·
Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel;
·
Tempat saat menimbang bahan kimia;
·
Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
c.
K3 :
Berhati – hati saat menempatkan
wadah.
13.
Corong Pisah (Separatory
Funnels)
a.
Prinsip Kerja :
Mengekstraksi zat cair dengan
zat cair.
b.
Fungsi :
Digunakan untuk ektraksi zat,
dapat pula mengatur aliran zat cair pada proses kromatografi kolom dan reaksi kimia
lainnya.
c.
K3 :
·
Sebelum menggunakan, lakukan pengecekan tutup dan kran corong
pisah sudah tepat dan tidak bocor;
·
Dalam pengocokkan corong pisah dilakukan dengan cara memegang
bagian atas berikut tutupnya dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang tangkai
corong berikut kerannya.
14.
Kondensor (Condensers)
a.
Prinsip
Kerja :
Zat dipanaskan, kemudian uap
panas akan naik lalu dialirkalah air dingin melalui selang sehingga uap panas
tadi tidak lepas ke udara tetapi kembali mengembun dan jatuh lagi ke bawah.
Pada prinsip kerja kondensor, volume dari larutan yang dipanaskan akankonstan
karena tidak ada uap yang lepas ke udara.
b.
Fungsi :
Digunakan intuk menggembungkan
atau mendinginkan uap yang terjadi pada proses reaksi, sintesa, atau pada
sistem destilasi, ekstraksi, saponifikasi, esterifikasi, metilasi dan
sebagainya.
c.
K3
:
Pada saat melakukan destilasi, kita
harus memperhatikan suhunya. Apabila terlalu tinggi maka akan
menyebabkan endapan yang seharusnya didapat akan gosong dantidsak dapat
dilanjutkan prosesnya ke rekristalisasi.
15.
Botol Pereaksi (Reagent
Bottles)
Botol pereaksi terbuat dari boroksilikat, atau gelas soda, ada
yang jernih-transparan dan amber. Botol mempunyai mulut atau leher lebar dan
normal dengan kapasitas 30-5000 ml dilengkapi dengan tutup yang terbuat dari
kaca asah.
a.
Prinsip kerja :
Botol
pereaksi dengan mulut lebar digunakan untuk menyimpan cadangan pereksi dengan
frekuensi tinggi. Botol pereaksi mulut sempit digunakan untuk menyimpan
cadangan zat pereaksi.
b.
Fungsi :
Menyimpan larutan, khusus untuk
penyimpanan asam yang berasap botol dilengkapi dengan penutup bahan atau kap
asam.
c.
K3 :
·
Khusus untuk larutan asam, botol pereaksi diletakkan pada lemari
asam;
·
Pasang tutup botol agar larutan tidak bercampur dengan udara.
16.
Botol Penetes (Dropping
Bottles)
a.
Prinsip Kerja :
Menyimpan dan meneteskan
cairan.
b.
Fungsi :
Digunakan untuk menyimpan
cairan indikator, cairan pewarnaan dan sebagainya. Selain itu, botol ini
digunakan untuk menyimpan larutan indikator yang biasanya digunakan dalam
proses analisis kuantitatif dengan titrasi.
c.
K3 :
Saat mengangkat pipet dalam
botol, harus hati – hati jika tidak maka cairan akan berceceran.
17.
Pipet Tetes (Dropping
Pipettes)
a.
Prinsip Kerja :
Menambahkan cairan tetes demi
tetes hingga volume tepat.
b.
Fungsi :
Memindahkan larutan dari satu
wadah ke wadah lainnya dalam skala kecil.
c.
K3 :
Setelah memipet miringkan
sedikit pipet agar larutan yang dipindahkan tidak menetes dan luruskan kembali
pipet saat akan memindahkannya pada wadah lainnya.
18.
Botol Timbang (Wlighting
Bottles)
Botol timbang terbuat dari jenis gelas boroksilikat, dilengkapi
dengan tutup asah. Botol timbang mempunyai tipe bentuk tinggi dan pendek. Kapasitas
botol timbang mulai 15-80 ml.
a.
Prinsip kerja :
Menentukan kadar air.
b.
Fungsi :
Digunakan di dalam menentukan
kadar air suatu bahan, selain itu digunakan untuk menyimpan bahan yang akan
ditimbang terutama untuk bahan cair.
c.
K3 :
Gunakan botol ini dengan
hati-hati dan selalu menggunakan kedua tangan.
19.
Labu Iodium (Iodium
Determination Flask)
a.
Prinsip Kerja :
Memasukkan sampel dalam labu
iodium dan tutup dengan rapat, jangan sampai ada gelembung udara di dalamnya.
b.
Fungsi :
Adapun kegunaan labu iodium
adalah untuk mereaksikan zat yang biasanya menghasilkan iodium.
c.
K3 :
·
Pecahnya labu yang dapat diatasi dengan mengganti yang baru;
·
Retaknya labu yang dapat diperbaiki dengan lem;
·
Apabila tutup labu kurang rapat ketika sedang digunakan dalam
mereaksikan, maka aroma iodium yang menyenngat akan terhirup dan akan
mengganggu kerja sehingga tutp labu harus ditutup rapat.
20.
Labu Kjeldahl (Kjeldahl
Flasks)
a.
Prinsip Kerja :
Posisi labu harus miring dengan mulut menyandar pada penampung uap asam.
b.
Fungsi :
Digunakan untuk destruksi atau digesti protein
dan dapat pula digunakan sebagai labu destilasi pada hasil destruksi protein.
c.
K3 :
Pada saat melakukan penampungan
larutan asam maka kita harus memerhatikan dengan baik kemiringan untuk
megahsilkan hasil destruksi sesuai dengan keinginan.
21.
Bunsen/ Lampu Spiritus
Pemanas yang bentuknya seperti tabung yang
berisi bahan bakar dan memiliki sumbu yang dapat menghasilkan api. Bahan bakar
dari bunsen atau lampu spiritus ini macam-macam, ada yang dari alcohol,
spiritus, dan minyak gas.
a.
Prinsip kerja :
Mengisi bahan bakar sebanyak ¾ bagian dari bunsen.
b.
Fungsi :
Untuk menciptakan suasana steril dan alat pemanasan larutan.
c.
K3 :
·
Ketika menggunakan bunsen kita harus sangat hati-hati karena mudah
untuk terbakar, maka isikan bahan bakar secukupnya.
·
Jangan lupa siapkan tutup untuk nantinya mematikan nyala api pada
bunsen.
22.
Soxhlet = Alat Ekstraksi Soxhlet
= Liquid-Solid Extractor
a.
Prinsip kerja :
Salah satu model ekstraksi (pemisahan/ pengambilan) yang
menggunakan pelarut selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi
yang continue dengan adanya jumlah pelarut konstan yang juga dibantu dengan
pendingin balik (kodensor).
b.
Fungsi :
Untuk mengekstaksi zat padat dengan zat cair secara terus menerus.
c.
K3 :
Pada saat melakukan penyaringan kita harus memerhatikan dengan
baik alatnya dengan pemfokusan tegak benda agar proses ekstraksi baik.
23.
Obyek Gelas
a.
Prinsip kerja :
Media preparat penelitian mikroskop dengan membentuk goresan atau
irisan.
b.
Fungsi :
Pembuatan sediaan atau preparat (bahan atau sampel).
c.
K3 :
Harus steril dan digunakan secara disposibble.
24.
Deck Glass
a.
Prinsip kerja :
Kaca penutup khusu untuk kamar hitung biasanya lebih tebal
daripada kaca penutu biasa, tetapi sewaktu-wakt kita bisa menggunakan kaca
penutup yang biasa. Untuk menentukan tinggi antara penutup dengan kamar hitung
yatu 1/10 mm ditunjukkan dengan adanya warna pelangi yang disebu cicncin newton.
b.
Fungsi :
Menutup sediaan preparat (sampel/ bahan) atau kamar hitung.
c.
K3 :
Pada saat melakukan penutupan pada sediaan yang akan diamati maka
deck gelas harus steril dan sediaan harus sesuai dengan ukuran dari deck glass
itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar