Nama :
Ainan Dwi Lestari
NIM :
PO.71.3.203.17.1.003
Mata Kuliah :
Virologi (T)
Dosen :
Sitti Hadija, S.Si.,M.Kes.
EVALUASI
POLIOMYELITIS
Buatlah ringkasan
etiologi, epidemiologi, gejala dan tanda, pengobatan dan pencegahan!
Jawaban
:
1.
Etiologi
Virus polio
termasuk famili Picornavirus dan genus Enterovirus merupakan virus kecil dengan
diameter 20-32 nm, berbentuk sferis dengan ukuran utamanya RNA yang terdiri
dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan terhadap asam
lambung dan empedu. Virus tidak rusak beberapa hari dalam temperatur 2-8°C,
tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacam-macam detergen tetapi mati
pada suhu 50-55°C selama 30 menit, bahan oksidator, formalin, kiorin dan sinar
ultraviolet.
Secara serologi
maka virus polio dibagi 3 tipe yaitu tipe I Brunhilde, tipe II Lansing dan tipe
III Leon.
Tipe I yang sering
menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe ll kadang-kadang menyebabkan
kasus yang sporadik dan tipe III menyebabkan epidemi ringan. Di Negara tropis
dan subtropis kebanyakan disebabkan olch iipe II dan III dan virus ini tidak
menimbulkan imunitas silang.
Referensi : Epidemiologi Penyakit Polio, FKM UNHAS.
2.
Epidemiologi
Epidemiologi polio dibentuk oleh cakupan imunisasi polio yang luas
menyebabkan hampir 80% penduduk dunia tinggal di negara bebas polio.
a.
Global
Infeksi virus polio secara tipikal memiliki pola musiman di daerah
beriklim sub-tropis, yang mencapai puncaknya dalam bulan-bulan musim panas.
Pola musim tersebut tidak terdapat pada daerah tropis. Eliminasi polio sudah
terjadi di dunia barat sejak tahun 1991 dengan sekitar 80% penduduk dunia
tinggal di negara-negara yang sudah bebas polio.
Pada tahun 2012, sebanyak 223 polio confirmed cases dilaporkan secara global, dan hanya tersisa tiga negara yang masih dinyatakan
sebagai negara endemik, yaitu Afganistan, Nigeria, dan
Pakistan. Pada tanggal 25 September 2014, WHO mengumumkan bahwa Nigeria tidak
lagi sebagai negara endemik polio, namun dua tahun kemudian pemerintah Nigeria
melaporkan terjadinya 2 kasus anak dengan polio paralitik.
b.
Indonesia
Indonesia mengalami kejadian luar biasa polio, yang dimulai pada
bulan Maret 2005, dengan ditemukannya kasus polio paralitik di Sukabumi dan
Banten, provinsi Jawa Barat pada waktu tersebut. Namun kejadian luar biasa ini
berhasil diatasi dengan baik.
Pada tanggal 27 Maret 2014, WHO menyatakan bahwa sudah terjadi
eradikasi polio di regional Asia Tenggara. Indonesia termasuk dalam negara yang
telah mendapat sertifikasi bebas polio.
Referensi : Epidemiologi Poliomielitis, Alomedika.
3.
Gejala dan tanda
a.
Polio non-paralitik
Jenis
polio ini tidak menyebabkan kelumpuhan (abortive polio), tetapi sering
menyebabkan gejala ringan, seperti flu yang serupa dengan penyakit virus
lainnya. Tanda dan gejala dari jenis polio ini dapat
bertahan hingga 10 hari, termasuk :
1)
Demam
2)
Sakit
tenggorokan
3)
Sakit
kepala
4)
Kelelahan
5)
Muntah
6)
Nyeri
leher atau kekakuan
7)
Nyeri
punggung atau kekakuan
8)
Nyeri
atau kaku di lengan atau kaki
9)
Otot lemah
b.
Polio paralitik
Tanda dan
gejala awal jenis polio ini menyebabkan kelumpuhan, seperti demam dan sakit
kepala, biasanya tampak seperti penderita polio nonparalitik. Tetapi, tanda dan
gejala lain muncul dalam seminggu, di antaranya :
1)
Hilangnya
refleks pada tubuh
2)
Nyeri
atau kelemahan otot yang parah
3)
Anggota
badan lemah, terkadang sebagian tubuh
4)
Tiba-tiba
lumpuh
5)
Cacat
anggota badan, terutama pinggul, pergelangan kaki, dan kaki
c.
Sindrom pasca-polio
Adalah
sekumpulan tanda dan gejala yang melumpuhkan orang yang telah mengalami polio
bertahun-tahun. Tanda dan gejala utama polio jenis ini termasuk :
1)
Kelelahan
2)
Merasa
lemah dan nyeri otot atau persendian
3)
Pengecilan
otot (atrofi)
4)
Sulit
menelan
6)
Menurunnya
toleransi suhu dingin
Referensi : Polio (Poliomyelitis), Dokter Sehat.
4.
Pengobatan dan pencegahan
a.
Pengobatan
Tidak ada obat untuk polio setelah seseorang sudah
terinfeksi. Oleh karenanya, perawatan difokuskan pada peningkatan kenyamanan
penderita, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Penanganan meliputi :
1)
Bed rest
2)
Obat penghilang rasa sakit, seperti ibuprofen
3)
Obat antispasmodik untuk mengendurkan otot
4)
Antibiotik untuk infeksi, seperti infeksi saluran
kemih
5)
Ventilator portabel untuk mereka yang mengalami
kesulitan bernapas
6)
Terapi fisik atau penggunaan corrective
braces untuk membantu berjalan
7)
Bantal pemanas atau handuk hangat untuk meredakan
nyeri otot dan kejang
8)
Terapi fisik untuk mengobati rasa sakit pada otot
9)
Terapi fisik untuk mengatasi masalah pernapasan dan
paru-paru
10)
Rehabilitasi paru untuk meningkatkan daya tahan
paru-paru
b.
Pencegahan
Imunisasi
merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah polio. Pencegahan polio
dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
Maka dari
itu, langkah bagaimana cara mencegah penyakit polio adalah melalui imunisasi
yang masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kekebalan terhadap polio seumur hidup, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus
diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia
2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia
antara 4 – 6 tahun.
Saat ini
terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit polio yaitu vaksin
dengan virus polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).
IPV terdiri dari serangkaian suntikan dimulai
dari 2 bulan setelah lahir dan berlanjut sampai anak berusia 4-6 tahun. Vaksin
ini dibuat dari virus polio tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak
dapat menyebabkan polio.
OPV dibuat dari bentuk lemah atau dilemahkan dari virus
polio, dan menjadi vaksin pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih
murah, kemudahan pemberian, dan kemampuan untuk memberikan kekebalan yang
sangat baik dalam usus. Namun, OPV juga dikenal untuk dapat kembali ke bentuk
berbahaya dari virus polio yang mampu melumpuhkan orang yang divaksin, sehingga
dibutuhkan kondisi prima untuk menerima OPV.
Sedangkan,
orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang
belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu,
vaksinasi polio booster sangat dianjurkan pada siapa pun yang
tidak divaksinasi atau tidak yakin jika dirinya pernah divaksinasi.
Referensi : Polio (Poliomyelitis), Dokter Sehat.
Jelaskan perbedaan
AFP dan Polio!
Jawaban
:
1.
AFP/AFM
Penyakit
yang menyerang sistem saraf, terutama di daerah sumsum tulang belakang. Kondisi
ini menyebabkan otot dan refleks dalam tubuh menjadi lemah.
Kondisi
ini sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, namun paling sering ditemukan pada
anak-anak. Secara perlahan, kondisi ini akan menyebabkan bagian tangan dan kaki
menjadi lemah dan semakin lama akan kehilangan kemampuan dan refleks. Selain
itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan kelemahan pada area wajah,
kepala dan leher, kemampuan menggerakkan bola mata, hingga menurunnya kemampuan
berbicara.
Penyebab
dari kondisi ini dalam
beberapa kasus diduga terjadi karena infeksi virus, termasuk virus penyebab
polio.
2.
Polio
Kondisi penyakit yang terjadi karena serangan
virus. Penyakit ini sangat mudah menular dan menyerang
sistem saraf, terutama pada balita. Polio
adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan
bernapas, kelumpuhan, bahkan kematian.
Referensi
: Beda Polio dan AFM, Halodoc.
Siapa saja yang
beresiko terkena polio?
Jawaban
:
Yang beresiko terkena polio adalah
anak-anak di bawah umur 5 tahun, tetapi kondisi ini juga bisa menyerang orang
dewasa.
Referensi
: Poliomyelitis, Infeksi Emerging Kemenkes.
Bagaimana upaya
pencegahan penyakit polio?
Jawaban
:
1.
Vaksin
Imunisasi adalah langkah pencegahan polio
yang paling efektif. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dalam 4
bulan pertama kehidupan bayi. Lalu, dilanjutkan dengan imunisasi polio tambahan
dalam PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio yang dilaksanakan setiap tahun.
2.
Mencuci
tangan
Infeksi virus polio bermula dari mulut dan hidung, mirip
dengan penyakit akibat infeksi virus lainnya. Memastikan tangan bersih sebelum
menyentuh hidung dan mulut adalah langkah pencegahan polio paling mudah yang
dapat dilakukan di mana saja.
3.
Nutrisi
untuk imun
Daya tahan tubuh yang baik adalah kunci untuk memerangi
virus dari dalam tubuh. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh ialah mencukupi kebutuhan cairan, konsumsi makanan kaya
nutrisi dengan memadukan, sayur, daging, dan buah, konsumsi vitamin, serta
mendapatkan waktu tidur yang cukup.
4.
Kebersihan
makanan dan minuman
Virus dapat hidup dalam air dan bahan makanan. Memasak air
dan makanan sampai benar-benar matang dapat membuat virus mati dan gagal masuk
dan menginfeksi tubuh.
5.
Memilih
toilet umum
Virus polio dapat menular lewat kontak dengan kotoran atau
feses penderita. Karena itu, ada baiknya untuk memperhatikan kebersihan toilet
umum sebelum digunakan. Terlebih toilet yang akan digunakan oleh balita. Selain
memilih toilet, mencuci tangan dengan sabun usai menggunakan toilet umum adalah
langkah wajib sebagai upaya pencegahan polio di tempat umum.
Referensi : 5 Langkah Pencegahan Polio, CNN
Indonesia.