Mahasiswi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Senin, 16 Maret 2020

PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) KIMIA KLINIK


Nama               : Ainan Dwi Lestari
NIM                : PO.71.3.203.17.1.003
Prodi               : D-III Teknologi Laboratorium Medis
Dosen              : dr. Riska Anton, Sp.PK.

PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT)/ AMINOTRANSFERASE ALANIN (ALT)

Aminotransferase alanin (ALT)/ SGPT merupakan enzim yanng utama banyak di temukan pasa sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini juga di temukan dalam jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok transferase lainnya (transaminase), aminotransferase aspartat (aspartate aminotransferse, AST)/ serum glutamic oxatoacetic transaminase (SGOT), dalam kasus hepatitis akut serta serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan zat kimia, dengan setiap serum mencapai 200-4000 U/l. ALT digunakan untuk membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan ikterik hemolitik. Meninjau ikterik, kadar ALT serum yang berasal dari hati, temuannya bernilai lebih tinggi dari 300 unit; yang berasal dari bukan hati, temuan bernilai.

Metode
Kinetik UV

Prinsip
L – alanine + a – Keoglutarat + L – alanin     L - Glutamat + piruvat
Piruvat + NADH + H+                                     L – laktat + NAD+
Piruvat yang dihasilkan tersebut sebanding dengan oksidasi dari NADH menjadi NAD. Reaksi tersebut menggambarkan aktifitas ALT dan diukur secara fotometrik.

Alat dan Bahan
·                Alat :
Tabung reaksi
Rak tabung
Spektrofotometer
Centrifuge
Mikropipet
Tips biru dan kuning

·                Bahan :
Reagen SGPT
Serum
Aquadest

Cara Kerja
·                Persiapan reagen kerja :
Buffer/ reagen 1
Substrat/ reagen 2
2000 μl
500 μl
1.             Campur reagen buffer dan substrat dengan perbandingan 4 : 1.
2.             Volume reagen di sesuaikan dengan kebutuhan.

·                Pemeriksaan :

Pipet ke dalam tabung
Reagen kerja
Serum
500 μl
50 μl
1.             Sebelum ditambahkan serum, reagen kerja di inkubasi terlebih dahulu selama 10 menit pada suhu 37°C
2.             Serum ditambahkan ke dalam reagen kerja pada saat pembacaan pada photometer.
3.             Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Faktor
1746

Nilai Rujukan
Dewasa           : 10-35 U/L : 4-36 U/L pada suhu 37°C (Satuan SI).
Laki-laki         : sampai 42 U/L
Wanita             : sampai 32 U/L
Anak               : sama dengan dewasa
Bayi                 : temuan bisa dua kali lipat setinggi dewasa
Usia lanjut       : sedikit lebih tinggi dari dewasa.

PEMERIKSAAN GAMMA-GLUTAMIL TRANSFERASE (GGT) KIMIA KLINIK


Nama               : Ainan Dwi Lestari
NIM                : PO.71.3.203.17.1.003
Prodi               : D-III Teknologi Laboratorium Medis
Dosen              : dr. Riska Anton, Sp.PK.

PEMERIKSAAN GAMMA-GLUTAMIL TRANSFERASE (GGT)

Enzim gamma-glutamil transferase (GGT) ditemukan terutama dalam hati dan ginjal, sementara kuantitas yang lebih rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. GGT merupakan uji yang sensitif untum mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hepar (hati). Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih awal dan akan tetap meningkat selama kerusankan sel tetap berlangsung. Enzim ini bekerja dengan memindahkan suatu gugus gamma-glutamil dari suatu peptide atau senyawa lain yang mengandung gugus ini, ke suatu molekul lain yang menerima (akseptor).
Kadar tinggi GGT terjadi setelah 12 sampai 24 jam bagi orang yang minum alkohol dalm jumlah banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2 sampai 3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Beberapa program rehabilitasi pencandu alkohol menggunakan kadar GGT sebagai arahan saat merencakan asuhan dikarenakan bagi pecandu alkohol. Uji GGT dipandang lebih sensitif untuk menentukan disfungsi hati daripada uji alkalin fosfatase.

Metode
Kinetik Soluble subtrate, modifikasi Szasz

Prinsip
·                L-ɣ-Glutamyl-3-Carbozy-4-Nitroanilide + Glycylglycine (Ɣ-GT)
L-ɣ-Glutamylglycylglycine + 5-amino-2-Nitrobenzoate
·                Nilai 5-Amino-2-Nitrobenzoate yang terbentuk sebanding dengan aktivitas ɣ-GT dalam serum bila diukur pada 405 nm dengan reaksi kinetik.

Alat dan Bahan
·                Alat :
Kuvet
Pipet 1,0 Ml
Mikropipet 50µl
Pemanas 30oc / 37oc
Photometer Λ 405 (400-420)
Yellow dan blue tip
Centrifuge
Tissue

·                Bahan :
Reagen kerja
Serum

Cara Kerja
·                Pembuatan larutan kerja :
1.             Larutkan reagensia dengan pelarut aquabidest sesuai volume pada label botol dan campur dengan baik.
2.             Larutan ini stabil selama 21 hari pada suhu 2-8°C dan 3 hari pada suhu kamar (18-30°C).
3.             Absorbance larutan blanko reagensia harus <0,85 bila dibaca terhadap aquabidest pada panjang gelombang 405 (400-420) nm.

·                Bahan pemeriksaan :
Spesimen terbaik adalah serum (dari darah yang tidak hemolisis). ɣ-GT dalam serum stabil selama 7 hari pada suhu 2-25°C dan 1 tahun pada suhu -20°C.
Masukkan ke dalam kuvet
Tes
Larutan kerja (dihangatkan pada 30°C/ 37°C selama 5 menit)
1,0 mL
Serum
50 μL

·                Pemeriksaan :
Campur homogen dan hangatkan pada 30°C/37°C selama 60 detik. Baca absorbansi setiap 60 detik selama 3 menit terhadap blanko air/udara λ 405 nm. Hitung nilai rata-rata dari selisih absorbansinya.

Faktor
2211

Perhitungan
ɣ-GT (IU/L) = (∆ abs / menit) x factor

Nilai Rujukan

30°C
37°C
Pria
Wanita
8-37 IU/L
6-24 IU/L
9-54 IU/L
8-35 IU/L

Sabtu, 30 November 2019

POLIOMYELITIS

Nama              : Ainan Dwi Lestari
NIM                 : PO.71.3.203.17.1.003
Mata Kuliah     : Virologi (T)
Dosen              : Sitti Hadija, S.Si.,M.Kes.

EVALUASI POLIOMYELITIS

Buatlah ringkasan etiologi, epidemiologi, gejala dan tanda, pengobatan dan pencegahan!
Jawaban :
1.         Etiologi
Virus polio termasuk famili Picornavirus dan genus Enterovirus merupakan virus kecil dengan diameter 20-32 nm, berbentuk sferis dengan ukuran utamanya RNA yang terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak rusak beberapa hari dalam temperatur 2-8°C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacam-macam detergen tetapi mati pada suhu 50-55°C selama 30 menit, bahan oksidator, formalin, kiorin dan sinar ultraviolet.
Secara serologi maka virus polio dibagi 3 tipe yaitu tipe I Brunhilde, tipe II Lansing dan tipe III Leon.
Tipe I yang sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe ll kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik dan tipe III menyebabkan epidemi ringan. Di Negara tropis dan subtropis kebanyakan disebabkan olch iipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Referensi : Epidemiologi Penyakit Polio, FKM UNHAS.
2.         Epidemiologi
Epidemiologi polio dibentuk oleh cakupan imunisasi polio yang luas menyebabkan hampir 80% penduduk dunia tinggal di negara bebas polio.
a.         Global
Infeksi virus polio secara tipikal memiliki pola musiman di daerah beriklim sub-tropis, yang mencapai puncaknya dalam bulan-bulan musim panas. Pola musim tersebut tidak terdapat pada daerah tropis. Eliminasi polio sudah terjadi di dunia barat sejak tahun 1991 dengan sekitar 80% penduduk dunia tinggal di negara-negara yang sudah bebas polio.
Pada tahun 2012, sebanyak 223 polio confirmed cases dilaporkan secara global, dan hanya tersisa tiga negara yang masih dinyatakan sebagai negara endemik, yaitu Afganistan, Nigeria, dan Pakistan. Pada tanggal 25 September 2014, WHO mengumumkan bahwa Nigeria tidak lagi sebagai negara endemik polio, namun dua tahun kemudian pemerintah Nigeria melaporkan terjadinya 2 kasus anak dengan polio paralitik.
b.         Indonesia
Indonesia mengalami kejadian luar biasa polio, yang dimulai pada bulan Maret 2005, dengan ditemukannya kasus polio paralitik di Sukabumi dan Banten, provinsi Jawa Barat pada waktu tersebut. Namun kejadian luar biasa ini berhasil diatasi dengan baik.
Pada tanggal 27 Maret 2014, WHO menyatakan bahwa sudah terjadi eradikasi polio di regional Asia Tenggara. Indonesia termasuk dalam negara yang telah mendapat sertifikasi bebas polio.
Referensi : Epidemiologi Poliomielitis, Alomedika.
3.         Gejala dan tanda
a.         Polio non-paralitik
Jenis polio ini tidak menyebabkan kelumpuhan (abortive polio), tetapi sering menyebabkan gejala ringan, seperti flu yang serupa dengan penyakit virus lainnya. Tanda dan gejala dari jenis polio ini dapat bertahan hingga 10 hari, termasuk :
1)        Demam
2)        Sakit tenggorokan
3)        Sakit kepala
4)        Kelelahan
5)        Muntah
6)        Nyeri leher atau kekakuan
7)        Nyeri punggung atau kekakuan
8)        Nyeri atau kaku di lengan atau kaki
9)        Otot lemah
b.         Polio paralitik
Tanda dan gejala awal jenis polio ini menyebabkan kelumpuhan, seperti demam dan sakit kepala, biasanya tampak seperti penderita polio nonparalitik. Tetapi, tanda dan gejala lain muncul dalam seminggu, di antaranya :
1)        Hilangnya refleks pada tubuh
2)        Nyeri atau kelemahan otot yang parah
3)        Anggota badan lemah, terkadang sebagian tubuh
4)        Tiba-tiba lumpuh
5)        Cacat anggota badan, terutama pinggul, pergelangan kaki, dan kaki
c.         Sindrom pasca-polio
Adalah sekumpulan tanda dan gejala yang melumpuhkan orang yang telah mengalami polio bertahun-tahun. Tanda dan gejala utama polio jenis ini termasuk :
1)        Kelelahan
2)        Merasa lemah dan nyeri otot atau persendian
3)        Pengecilan otot (atrofi)
4)        Sulit menelan
5)        Gangguan pernapasan saat tidur, seperti sleep apnea
6)        Menurunnya toleransi suhu dingin
Referensi : Polio (Poliomyelitis), Dokter Sehat.
4.         Pengobatan dan pencegahan
a.         Pengobatan
Tidak ada obat untuk polio setelah seseorang sudah terinfeksi. Oleh karenanya, perawatan difokuskan pada peningkatan kenyamanan penderita, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Penanganan meliputi :
1)        Bed rest
2)        Obat penghilang rasa sakit, seperti ibuprofen
3)        Obat antispasmodik untuk mengendurkan otot
4)        Antibiotik untuk infeksi, seperti infeksi saluran kemih
5)        Ventilator portabel untuk mereka yang mengalami kesulitan bernapas
6)        Terapi fisik atau penggunaan corrective braces untuk membantu berjalan
7)        Bantal pemanas atau handuk hangat untuk meredakan nyeri otot dan kejang
8)        Terapi fisik untuk mengobati rasa sakit pada otot
9)        Terapi fisik untuk mengatasi masalah pernapasan dan paru-paru
10)      Rehabilitasi paru untuk meningkatkan daya tahan paru-paru
b.         Pencegahan
Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah polio. Pencegahan polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
Maka dari itu, langkah bagaimana cara mencegah penyakit polio adalah melalui imunisasi yang masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap polio seumur hidup, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 – 6 tahun.
Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit polio yaitu vaksin dengan virus polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).
IPV terdiri dari serangkaian suntikan dimulai dari 2 bulan setelah lahir dan berlanjut sampai anak berusia 4-6 tahun. Vaksin ini dibuat dari virus polio tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak dapat menyebabkan polio.
OPV dibuat dari bentuk lemah atau dilemahkan dari virus polio, dan menjadi vaksin pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih murah, kemudahan pemberian, dan kemampuan untuk memberikan kekebalan yang sangat baik dalam usus. Namun, OPV juga dikenal untuk dapat kembali ke bentuk berbahaya dari virus polio yang mampu melumpuhkan orang yang divaksin, sehingga dibutuhkan kondisi prima untuk menerima OPV.
Sedangkan, orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu, vaksinasi polio booster sangat dianjurkan pada siapa pun yang tidak divaksinasi atau tidak yakin jika dirinya pernah divaksinasi.
Referensi : Polio (Poliomyelitis), Dokter Sehat.

Jelaskan perbedaan AFP dan Polio!
Jawaban :
1.         AFP/AFM
Penyakit yang menyerang sistem saraf, terutama di daerah sumsum tulang belakang. Kondisi ini menyebabkan otot dan refleks dalam tubuh menjadi lemah.
Kondisi ini sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, namun paling sering ditemukan pada anak-anak. Secara perlahan, kondisi ini akan menyebabkan bagian tangan dan kaki menjadi lemah dan semakin lama akan kehilangan kemampuan dan refleks. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan kelemahan pada area wajah, kepala dan leher, kemampuan menggerakkan bola mata, hingga menurunnya kemampuan berbicara.
Penyebab dari kondisi ini dalam beberapa kasus diduga terjadi karena infeksi virus, termasuk virus penyebab polio.
2.         Polio
Kondisi penyakit yang terjadi karena serangan virus. Penyakit ini sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf, terutama pada balita. Polio adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan bernapas, kelumpuhan, bahkan kematian.
Referensi : Beda Polio dan AFM, Halodoc.

Siapa saja yang beresiko terkena polio?
Jawaban :
Yang beresiko terkena polio adalah anak-anak di bawah umur 5 tahun, tetapi kondisi ini juga bisa menyerang orang dewasa.
Referensi : Poliomyelitis, Infeksi Emerging Kemenkes.

Bagaimana upaya pencegahan penyakit polio?
Jawaban :
1.         Vaksin
Imunisasi adalah langkah pencegahan polio yang paling efektif. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dalam 4 bulan pertama kehidupan bayi. Lalu, dilanjutkan dengan imunisasi polio tambahan dalam PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio yang dilaksanakan setiap tahun.
2.         Mencuci tangan
Infeksi virus polio bermula dari mulut dan hidung, mirip dengan penyakit akibat infeksi virus lainnya. Memastikan tangan bersih sebelum menyentuh hidung dan mulut adalah langkah pencegahan polio paling mudah yang dapat dilakukan di mana saja.
3.         Nutrisi untuk imun
Daya tahan tubuh yang baik adalah kunci untuk memerangi virus dari dalam tubuh. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ialah mencukupi kebutuhan cairan, konsumsi makanan kaya nutrisi dengan memadukan, sayur, daging, dan buah, konsumsi vitamin, serta mendapatkan waktu tidur yang cukup.
4.         Kebersihan makanan dan minuman
Virus dapat hidup dalam air dan bahan makanan. Memasak air dan makanan sampai benar-benar matang dapat membuat virus mati dan gagal masuk dan menginfeksi tubuh.
5.         Memilih toilet umum
Virus polio dapat menular lewat kontak dengan kotoran atau feses penderita. Karena itu, ada baiknya untuk memperhatikan kebersihan toilet umum sebelum digunakan. Terlebih toilet yang akan digunakan oleh balita. Selain memilih toilet, mencuci tangan dengan sabun usai menggunakan toilet umum adalah langkah wajib sebagai upaya pencegahan polio di tempat umum.

Referensi : 5 Langkah Pencegahan Polio, CNN Indonesia.

PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) KIMIA KLINIK

Nama                : Ainan Dwi Lestari NIM                 : PO.71.3.203.17.1.003 Prodi                : D-III Teknologi Laboratoriu...